Gista. Seorang anak yang dijuluki
orang aneh. Anak yang kuper dan sangat pendiam. Suatu hari saat Ujian Akhir
Sekolah Berstandar Nasional (UASBN), dia berkenalan dengan anak-anak yang
lainnya. Akhirnya, dia berkenalan dengan Mela dan Sudarso.
“Hai… Boleh kenalan?” Tanya
Gista sedikit ragu. Sambil mengulurkan tangan.
“Namaku Mela…. Yang disebelah
ku ini namanya Sudarso. Co ayo kenalan sama Gista” jawab Mela sambil
memperkenalkan Sudarso yang akrab disapa Coco.
“Hai… Sudarso” kata Gista.
“Hai Mela” sambung Gista sambil bersalaman dengan Mela dan Coco. Karena bel
sudah berbunyi, Gista, Mela, dan Coco masuk kelas.
Gista pun duduk di tempat
duduknya dan mengeluarkan pensil 2b, penghapus, pena dan tak lupa buku diary nya yang selalu setia
menemaninya dimanapun dan kapanpun.
“Iiiih, orang aneh…” kata
Citra meledek Gista.
“Iya…ya. Ngapain orang aneh
ikut ujian?” dina ikut meledek. Diam-diam dan tanpa disadari, air mata Gista
tlah membasahi pipinya yang putih. Dengan cepat, Gista menghapus air matanya.
Karena takut akan ketahuan oleh guru pengawas. Ia menghela napas dan segera
mengisi LJK yang ada dihadapannya.
***
Bel pulang berbunyi
“Hai Gista” sapa Mela. Mela
dan Coco pun duduk di samping Gista. Tapi, Gista tetap menulis di buku diary
nya sambil menangis.
“Kau gadis ku cantik. Mengapa
engkau menangis?” Coco berceloteh sambil bernyanyi.
“Hei Co jangan bikin dia tambah
sedih” tegur Mela pada Coco. Gista pun berlari ke belakang sekolah. Mela dan
coco pun mengikutinya.
Setibanya di belakang sekolah,
Gista makin sedih dan terus menangis.
“Gista, kamu kenapa? Dan
kenapa kamu dibilang orang aneh?” Tanya Mela hati-hati. Coco hanya diam. Tanpa
sengaja, percakapan antara Mela dan Gista pun terekam dihand-phone Coco.
“Ta benci sama mama papa Ta.
Karena, mereka hanya mementingkan bisnis, bisnis, dan bisnis. Mereka nggak
pernah memberikan kasih sayang pada Ta. Ta capek, Ta juga benci dibilang orang
aneh dan orang idiot. Ta udah capek dengan semua ini….”jelas Gista panjang.
“Ta mending jadi anak pembokat
yang selalu mendapatkan kasih sayang. Dari pada Ta harus jadi anak mama papa.
Ketika Ta ulang tahun, mama pernah ngasih janji ke Ta tapi mama nggak pernah
menepati janji itu. Ta benci sama mama papa” lanjut Gista.
“Gista tinggalnya dimana?”
Tanya Mela. Sedangkan percakapan antara Mela dan Gista terus terekam.
“Nggak jauh kok. Cukup naik
angkot dari sini” jawab Gista. Baru saja Gista menjawab pertanyaan Mela,
klakson mobil sedan mewah datang. Ternyata, itu adalah sopir Gista yang ingin
menjemputnya.
“Non… ayo pulang” ajak sopir
Gista itu.
“Nggak ah… Ta nggak mau naik
mobil mama papa. Ta naik angkot aja” sahut Gista.
“Papa mama non pulang. Ayo
naik” ajak sopir Gista lagi. Akhirnya, Gista naik ke mobil sedan yang mewah itu.
***
Besoknya....
Papa Gista datang ke sekolah.
Mela dan Coco segera menyusun meja. Setelah meja tersusun, Gista pun
bersembunyi di bawahnya. Sedangkan Mela dan Coco duduk di atas nya.
“Gista ayo pulang...” papa
Gista yang tahu tempat persembunyian Gista, mendorong Coco hingga Coco terjatuh
dan kepalanya berdarah.
“Aduuuh” resah Coco.
Hand-phone Coco yang juga terletak di atas meja ikut terjatuh. Tapi untunglah,
hand-phone Coco tidak apa-apa.
“Nanti aku obati” kata Mela
pendek.
“Ayo pulang” paksa papa Gista.
Gista tetap berpegangan pada meja. Tapi, papanya malah terus menarik Gista.
Sehingga, hand-phone Coco terinjak oleh papa Gista.
Sangat sulit menghentikan
kejadian ini, hingga ujian pun tertunda.
Dengan langkah gontai, Coco
berjalan ke arah papa Gista seraya berkata, “pak, Gista bukannya nggak mau
pulang. Tapi Gista itu benci sama orang tuanya. Karena mereka hanya
mementingkan bisnis, bisnis, dan bisnis. Kata Gista, mamanya pernah berjanji
tapi, tak pernah ditepati. Gista juga bilang mending jadi anak pembokad yang
diberi kasih sayang kapan pun dari pada jadi anaknya mama papa”.
“Mana buktinya?” papa Gista
seperti belum percaya. Coco berpikir. Aah... ada dalam hand-phone.
“Mel, hand-phone ku mana?”
tanya Coco pada Mela.
“Tuh di injak sama papa nya
Gista” jawab Mela. Coco mengambil hand-phone nya dan berpikir.
“Co perlihatkan rekaman di
belakang sekolah” teriak Mela. Coco pun memperlihat kan rekaman di belakang
sekolah itu.
Sejak itu, barulah mama papa
Gista sadar bahwa selama ini mereka selalu mengabaikan Gista. Papa, mama dan
Gista tersenyum pada Mela dan Coco. Gista menghampiri Mela dan Coco.
“Mela, Coco. Makasih ya.
Kalian udah mau bantuin aku buat baikan sama orang tua ku lagi. Cuma kalian
yang mau berteman sama aku” sahut Gista sambil memeluk Mela dan Coco. Karena
haru, tak sengaja Mela menangis sambil memeluk Coco dan Gista.
Saat pulang, Gista tersenyum
pada Mela dan Coco karena telah membantu Gista hinnga ia bisa mendapatkan kasih
sayang dari orang tuanya lagi.
Senyuman itu adalah senyuman
pertama yang keluar dari bibir Gista yang manis.
***
Comments
Post a Comment
Hindari kata Kata Kotor