Skip to main content

3G (Galuh, Gadis dan Gitar)


“Hai, Luh” sapa Gadis di warung Bu Siti.
“Hai, Dis. Udah lama nggak kelihatan nih kayaknya, kemana aja?” Tanya Galuh. “Kopinya satu ya, Bu” lanjutnya pada Bu Siti. Bu Siti mengangguk sambil masuk ke dalam dapurnya.
“Nggak kemana-mana tuh. Kamu aja yang terlalu sibuk” jawab Gadis sambil menyeruput kopi hitamnya.
“Biasanya anak cewek nggak suka kopi tuh” kata Galuh.
“Trus?”
“Kamu suka kopi…” jawab Galuh.
“Masalah buat lo?” Gadis pura-pura sewot sambil menirukan gaya bahasa anak alay zaman sekarang. Galuh hanya tertawa kecil.
Galuh dan Gadis adalah dua remaja yang tinggal dalam satu kawasan tempat tinggal, yakni Kampung Mawar. Kampung Mawar bukanlah komplek tempat berdirinya rumah mewah dengan garasi yang diisi lebih dari 1 mobil. Tapi, Kampung Mawar hanyalah sebuah kampung kecil di pinggiran kota yang berisi rumah sederhana namun bahagia.
Mereka juga telah berteman sejak kecil. Mereka selalu sama sekolah, namun jarang sekali mereka sekelas. Dan berhubung Galuh dan Gadis sudah selesai UN SMA dan libur panjang selama beberapa waktu, jadilah mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing.
“Nih kopinya” kata Bu Siti.
“Makasih Bu” jawab Galuh. Bu Siti tersenyum.
“Kalian berdua sudah gede ya… Perasaan, kalian baru kemarin lahirnya. Sekarang sudah tamat SMA” kata Bu Siti.
“Masa kita lahirnya kemarin, Bu?” kata Gadis. “Kita lahirnya 18 tahun silam.”
“Hahaha…. Iya. Waktu memang cepat berputar” komentar Bu Siti.
“Tamat SMA kamu mau nyambung kemana, Luh?” Tanya Gadis.
Orang yang ditanya – Galuh—menghentikan kegiatan ngopinya dan menatap Gadis. “Kamu?” tanyanya balik.
“Jawab dulu donk. Kan aku yang tanya duluan” kata Gadis.
“Ladies first” kata Galuh.
“Nggak. Kamu jawab dulu.”
“Mm… Aku mau masuk UPN ‘Veteran’ jurusan Perminyakan. Itu kalau bisa sih, soalnya aku harus lihat keuangan dulu” jawab Galuh akhirnya. “Kalau Gadis kemana?”
“Aku mau masuk UI fakultas kedokteran.”
“Wah jadi dokter donk. Bu Dokter, tolong obtain saya donk” ledek Galuh sambil pura-pura menunjukkan tangannya sakit.
“Nggak usah lebai kali. Kalau punya uang dan bisa masuk, syukur. Kalau enggak, ya cari kerja aja langsung” jelas Gadis. Mereka pun melanjutkan obrolannya.
***
Diatas sebuah gedung tua bekas peninggalan Belanda, Galuh mengalunkan gitarnya lembut. Sambil melihat kerlipan bintang yang begitu indah. Gedung itu sudah lama ditinggali dan tentunya tak ada lampu di sana. Yang menerangi hanya matahari saat siang dan bintang-bulan dikala malam.
“Gadiis, peganglah tanganku. Dan tatap mataku… Betapa aku mencintaimu. Katakanlah saat ini gadis, bahwa kau hanya milikku, milikkuuuu…..” Galuh bernyanyi sendiri.

Di rumah Gadis disaat yang bersamaan.
“Duh, dasar gitar tua. Belum apa-apa senarnya udah putus, padahal kemarin baru diganti. Mana lehernya hampir patah lagi” omel Gadis pada gitar ayahnya yang sudah lama sekali. Gitar itu dibeli ayah sejak beliau berumur 13 tahun, sampai sekarang beliau sudah berumur 48 tahun. Lama banget kan?
“Kenapa kak?” Tanya Yusuf, adik Gadis yang masih duduk di kelas 7 SMP.
“Gitarnya rusak lagi, Suf. Suara hancur, senarnya putus lagi, lehernya udah kayak ayam dibantai” kata Gadis pada adiknya itu.
“Hahaha…. Emang leher gitar itu sama ya, dengan leher ayam? Kakak beli senar baru trus di-stel sama Kak Galuh” usul Yusuf.
“Emang Galuh bisa?” Tanya Gadis.
“Aduh, Kakak. Berapa tahun kakak kenal sama dia? Masa si jago gitar kakak nggak tahu?”
“Ya udah, nanti kakak beli senarnya di warung Bu Siti.”
Gadis keluar rumahnya, kebetulan ayah dan ibunya juga sedang ke rumah Bu Siti. Jadi dia bisa dibelikan senar gitar.
Saat lewat di bangunan tua bekas Belanda itu, Gadis mendengar seseorang bernyanyi dengan sangat merdu. Namun liriknya memakai nama Gadis.
“Siapa ya?” Tanya Gadis. “Ya sudahlah…” lanjutnya sambil berlalu.
“Bu Siti” panggil Gadis saat sudah di pekarangan warung.
“Ya.”
“Senar gitar lagi donk” pinta Gadis.
“Lho, yang kemarin?” Tanya Bu Siti.
“Putus” jawab Gadis pendek.
“Ya sudah, berapa buah?” Tanya Bu Siti lagi.
“Enam, Bu. Ibu sama ayah Gadis masih di sini?” Tanya Gadis.
“Masih.”
“Ibu aja yang bayarin ya. Makasih Bu Siti” Gadis cengengesan sambil berlari membawa senar gitar dan kembali ke rumah.

Esok harinya, Gadis dengan manis menunggu Galuh lewat di depan rumahnya. Sudah jam 10 namun Galuh belum juga muncul. Jam 12 barulah Galuh lewat rumah Gadis.
“Galuh” panggil Gadis sambil mendekati cowok ganteng itu.
“Apa, Dis?” Tanya Galuh.
“Mau kemana?”
“Ke … mmm… kasih tau nggak ya?” piker Galuh.
“Kasih tahu donk.”
“Aku mau ke atas gedung tua Belanda itu” jawab Galuh.
Gadis kaget. “Ke atasnya? Memang bisa?”
“Bisa donk.”
“Aku ikut ya… sekalian mau minta tolong perbaiki gitar” kata Gadis.
“Eh, kayaknya nggak jadi. Kita ngopi aja yuk… aku traktir” kata Galuh akhirnya. Gadis mengangguk, setelah pamit ke orang tua dan mengambil uang, dia dan Galuh ke warung Bu Siti untuk minum secangkir kopi.
“Sampai kapanpun, kopi Bu Siti emang yang paling nikmat” kata Galuh.
“Ah, bisa aja kamu Galuh” ujar Bu Siti.
“Bener lho, Bu” kata Galuh. Bu Siti hanya tersenyum kecil.
“Oh ya, Luh. Nomer handphone kamu udah ganti ya?” Tanya Gadis.
Galuh mengangguk kecil.
“Kenapa diganti. Kalau gitu minta nomer baru mu deh” kata Gadis. Galuh tersenyum senang sambil menyebutkan nomer handphone nya pada Gadis.
“Ntar aku SMS ya…” ujar Gadis. Lagi-lagi Galuh mengangguk sambil tersenyum senang.

Malamnya…
Gadis : malam, galuh
Galuh                  : uga. Spa nih?
Gadis                  : gadis, luh… lg ap?
Galuh                  : owh, gadis. Ni lg d ats bngunan blanda it.. lhat bntang. Bgs bgt lho.. km lg ap?
Gadis                  : lg tdran doank… luh, bsa stel gtar dis ngk?
Galuh                  : bs lah. Emg gtrny knp dis?
Gadis                  : ngk tau nih,,, kyakny udh tua. Biasalah, inikan gtarny ayh dl wktu    msh mda
Galuh                 : owh gt. Mmm … gluh pngn bkin puisi nih, buat dis
Gadis                 : oh y?puisi ap?
Galuh                 : td bru aj dpt inspirasi dr gtarny gdis. Lhat bsk d notes fb luh ya..
Gadis                 : sip deh. Bsk dis tgih ya…
Galuh                 : iy …
Disaat yang sama namun tempat berbeda, Gadis dan Galuh tersenyum. Kemudian Gadis memikirkan Galuh. Dan Galuh pun memikirkan Gadis sambil membuatkan sebuah puisi untuk sang Gadis.
Bintang terlihat sangat indah
Bulan pun begitu
Mereka seperti tersenyum
Ikut bahagia bersamaku
          Malam ini, kupetik senar gitarku
          Kunyanyikan sebuah lagu cinta untukmu
          Padamu…
          Sang pencuri hatiku
Malam itu kau bilang
‘Tolong perbaiki gitar tuaku’
Yang mulai rapuh
Di ujung usianya
          Aku tersenyum sendiri
          Dalam hati ku berkata
          ‘Jangan kan gitar tuamu,
          Hatimu saja mampu ku perbaiki
          Dengan sayang ku, dan akan kujaga dia
          Hingga masa berakhir’.
Galuh tersenyum senang saat menyelesaikan puisi terindah itu. Rasa sayangnya semakin dalam pada Gadis sejak mereka SMS-an barusan. Usai menulis puisi itu di bawah bulan dan bintang yang tersenyum, Galuh turun dan pergi ke warnet dan meng-unggah puisi tadi di notes facebook-nya.
***
Gadis baru saja duduk di lantai kamar warnet. Selain ingin buka fb dan men-download lagu terbaru, dia juga ingin membaca puisi yang dijanjikan Galuh kemarin.
Saat membuka kronologi fb Galuh, Gadis langsung membuka bagian notes dan membaca puisi kemarin. Dia kaget saat membaca bait terakhir, kenapa Galuh membuat puisi seperti itu?
Tapi biarlah, pikir Gadis. Toh puisinya juga bagus. Ia pun meninggalkan halaman itu dan mencari lagu terbaru.

Gadis                  : mlm
Galuh                  : jga cntik..
Gadis                  : lg ap nih mlm2?
Galuh                  : nih mau naik k ats gdung blnda it.. klo gdis l gap?
Gadis                  : wah, iktan dnk luh…
Galuh                  : dsni glap.ntar tkut lg …
Gadis                  : djamin dh … dis ngk bkal tkut :)
Galuh                  : y udh, luh tnggu d sni y… bwa skalian gtarny, sma lakban skalian
Gadis                  : sip sip..
Gadis tersenyum. Setelah minta izin dan mengambil lakban, gitar, hp dan uang dia segera ke bangunan tua Belanda itu.
“LUH… GALUH…” teriak Gadis saat di depan gedung itu.
Galuh yang mendengar teriakan itu langsung berdiri dan menunjukkan tangga untuk naik ke atas gedung.
“Huftt… Nyampe juga ya” kata Gadis girang.
“Di sini gelap kan? Nggak percayaan sih” ujar Galuh.
Gadis mengangguk. “Disini emang gelap. Tapi kan sekarang lagi purnama. Jadi cukup terang lah” bela Gadis. Galuh mengambil gitar yang dipegang Gadis.
“Gitarnya kenapa?” Tanya Galuh.
“Udah tua, sakit-sakitan mulu…” jawab Gadis.
“Wah, cuma rusak sedikit. Caranya tinggal dilem sama lakban” kata Galuh sambil memperbaiki gitar tua Gadis kemudian menyetelnya.
“Nih, udah bagus kan” seru Galuh sambil memainkan gitar 10 menit kemudian.
“Wah, suaranya jadi bagus. Makasih ya, Luh” Gadis gembira. Galuh mengangguk sambil tersenyum.
Mereka berdua duduk berdekatan sambil melihat bulan purnama dan bintang yang begitu indah. Belum lagi udara dingin yang menyejukkan. Gadis merebahkan kepalanya dibahu Galuh yang sedang memainkan gitar.
“Luh…”
“Mmm…”
“Aku udah baca puisi kamu. Aku boleh tahu kenapa kamu bikin puisi kayak gitu?” Tanya Gadis sambil memejamkan matanya.
Galuh terdiam. Suasana menjadi hening. “Itu yang aku rasakan, Dis. Sejak SMP malah, kalau aku pendam terus itu bisa jadi penyakit untukku.”
“Kenapa nggak kamu bilang langsung?”
“Nggak bisa, Dis. Aku takut nanti hatiku bisa sakit, kalau kamu bilang ‘tidak’.”
“Kalau misalnya aku bilang ‘iya’?”
“Apa?”
“Luh, sejak SMA hatiku nggak bisa berpaling dari kamu. Aku nggak tahu kenapa. Sekuat-kuatnya aku melupakan kamu, sekuat itu pula hati aku semakin mencintai kamu.”
Galuh menggenggam erat tangan Gadis. Gadis pun begitu. Malam itu indah sekali, sepertinya gitar tua Gadis yang mempertemukan dan membuat mereka harus jujur. Gitar itu menjadi saksi bisu pada malam itu. Gadis, Galuh dan gitar.
***

Comments

Popular posts from this blog

TIMUN MAS IN ENGLISH (Story Telling)

     Once upon a time, there was a widow who lived alone,Because there was no one on her side,she felt and dreamed of the presence of a child.In the small village.She say at heart”when I have a child,I tired of live alone”.. And she think for call BUTO IJO.             Widow  : It has been a long time I haven’t got a child, Last minnner is call buto ijo.                           (She clack his hand, and buto ijo is coming)             Buto ijo : ha..ha…ha…ha…. !! Why you called me ??             Widow              : I have one request to you it has been a long time I haven’t a child. Can                             you help me ?             Buto ijo : of course, but I have one prerequirement for you!             Widow              : what is ?             Buto ijo : If you have a child, you must give me if your child grow up.             Widow              : O.K !!!             Buto ijo : This is a seeds cucumber. And if cucumber already ripe. Pick them

TERMAKAN JANJI SENDIRI

Cerita rakyat dari Sumatera Barat Dahulu kala, di kampung Alai, di pesisir utara pantai Tiku. Ada seorang gadis bernama Puti Juilan. Ia sangat cantik namun tak ada yang berani mendekatinya karena ia adalah seorang cucu dari seorang bangsawan di negeri itu. Kakeknya seorang saudagar kaya pemilik puluhan perahu yang melayari seluruh pelabuhan di sepanjang pantai dari Natal di utara sungai sampai ke Indrapura di selatan. Pemuda yang tinggal dinegeri itu dan negeri sekitarnya kebanyakan menjadi nelayan atau anak perahu. Kalaupun banyak orang kaya atau putri turunan bangsawan yang patut-patut, semuanya telah beristri dan beranak-pinak. Hal ini menyebabkan Puti Juilan menjadi murung, lebih-lebih ketika seorang demi seorang gadis seusianya telah mendapat jodoh. Cemaslah hati kakeknya. Maka dari itu, diadakanlah pesta yang besar di gelanggang keramaian, tempat orang menghibur diri dan bercengkrama. Dikirimlah undangan kemana-mana agar orang-orang berdatangan. Sampai gelanggang ke

JENIS TEATER TRADISIONAL NUSANTARA

1.       Teater Ketoprak Ketoprak adalah jenis teater yang lahir dan berkembang di Yogyakarta sekitar 1925-1927 dengan nama awal ‘ketoprak ongkek’ atau ‘ketoprak barangan’ yang hampir setingkat dengan ngamen. Alat musik pengiringnya terdiri atas kenong, gendang, terbang dan seruling. Teater ini biasanya disajikan dengan cara menari, berjoget disertai nyanyian dan melibatkan dialog-dialog bahasa Jawa sehari-hari.                              2.       Wayang Orang Wayang orang adalah cerita yang mengambil lakon dalam kisah pewayangan (wayang purwa/wayang kulit). Kisah yang diambil seputar kisah Ramayana dan Mahabharata. Biasanya wayang ini dipentaskan dengan pemeran orang dewasa dan disajikan dengan gerakan tari.                             3.       Reog Reog adalah seni tradisional hiburan rakyat yang dipertontonkan dalam bentuk tarian di tempat terbuka. Reog mengandung unsur magis. Penari utamanya mengenakan hiasan topeng berkepala singa dengan hiasan bulu